Kamis, 15 Maret 2012

Karakteristik Istri Shalihah


Wanita Shalihah (isteri shalihah) merupakan sebaik-baik dan semulia-mulia gelar yang diberikan kepada wanita kekasih Allah. Titel atau gelar itu bukan sekadar nama dan kebanggaan, tetapi dia adalah buah dari satu perjuangan panjang dalam kehidupan seorang wanita. Masyarakat Muslim diingatkan, supaya waspada terhadap khadra’uddiman, yaitu wanita cantik yang tumbuh dewasa di tempat yang buruk.
BANYAK wanita mendambakan titel itu, tetapi sangat sedikit yang sampai kepada tujuan yang dirindukan. Sebab, perjalanan panjang yang harus ditempuh oleh seorang wanita meng-haruskannya melalui jalan yang terjal, berkelok, ber-batu, naik bukit dan turun gunung, penuh onak dan duri. Kenanglah sejenak perjalanan hidup para pemimpin wanita ahli sur-ga, yaitu sebaik-baik wa-nita sebagaimana sabda Rasulullah Saw berikut ini.
“Sebaik-baik wanita ialah Maryam binti Imran dan sebaik-baik wanita ialah Khadijah binti Khuwailid.”(HR. Bukhari Muslim).  Dari Abu Musa ra. berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Lelaki yang sempurna ba-nyak, tetapi tidak demikian halnya bagi wanita kecuali Asiah istri Fir’aun dan Mar-yam binti Imran. Dan sesung-guhnya keutamaan Aisyah atas wanita lainnya seperti ke-utamaan tsarid (lauk yang berminyak) atas makanan lainnya.” (HR. Bukhari).  Nabi Saw bersabda: “Fati-mah adalah pemimpin wa-nita ahli surga”(HR. Bukhari)
Kesemua wanita yang disebut di dalam hadits-hadits di atas, yang diberi gelar sebagai sebaik-baik wanita ahli surga (Mar-yam, Asiah, Khadijah, Aisyah dan Fatimah) ada-lah wanita-wanita yang perjalanan hidupnya pe-nuh dengan ujian dan tan-tangan. Mereka ditimpa banyak musibah dan bala bencana, baik dalam urusan keluarga, masya-rakat dan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya. Na-mun mereka tidak ber-geming dari keimanan dan ketaatan kepada Allah Swt.
Apakah ciri dan karakter yang dimiliki da-lam menjalankan ke-hidupan sehari-hari, se-hingga dengan tegar ber-tahan dari segala amuk duniawi, dan mendapat-kan gelar mulia se-bagai wanita/istri shalihah? Se-cara umum dijelaskan di dalam al-Qur’an, Allah Swt berfirman:
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wa-nita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[ ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” (Qs. An Nisaa’ 4: 34)
Inilah ayat yang me-nerangkan secara terpe-rinci tentang ihwal kaum wanita dalam ke-hidupan rumah tangga yang berada di bawah ke-pemimpinan kaum pria. Disebutkan bahwa ada dua jenis wa-nita: yang shalihah dan yang tidak shalihah. Lalu ciri shalihah antara lain adalah taat, yaitu taat ke-pada Allah Swt, kepada Rasul Nya dan taat kepada suami. Selain itu dia betah tinggal di rumah, bersikap ma’ruf kepada suami dan menjaga kehormatan diri di saat suaminya tidak ada di rumah.
Ats-Tsauri dan Qata-dah mengatakan: Arti menjaga kehormatan diri di saat suami tidak ada di rumah adalah menjaga segala sesuatu yang mesti dipelihara, baik berkenaan dengan kehormatan diri maupun harta. Sementara itu Ibnu Jarir dan al-Baihaqi meriwayatkan ha-dits dari Abu Hurairah yang menyatakan bahwa Nabi Saw bersabda:
“Sebaik-baik wanita adalah yang menawan hati-mu bila engkau pandang, taat manakala engkau perintah, dan menjaga hartamu serta memelihara kehormatan diri-nya ketika engkau tidak ada di rumah.” Kemudian Rasulullah Saw. membaca ayat tersebut di atas. (Qs. An Nisaa’ 4: 34).
Syeikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa yang dimaksud dengan menjaga kehormatan diri di sini adalah menutup apa yang dapat membuat malu ketika diperlihatkan atau diungkapkan. Artinya, menjaga segala sesuatu yang secara khusus berke-naan dengan rahasia suami istri, serta tidak menceritakan rahasia su-aminya kepada siapa-pun kecuali kepada orang yang benar-benar dipercaya ka-rena ingin mencari solusi keruwetan rumah tangga.
Secara syar’i, yang juga bisa dikategorikan da-lam hal ini adalah keha-rusan merahasiakan se-gala sesuatu yang berkait-an dengan hubungan intim suami istri, termasuk di da-lamnya menceritakan hal-hal yang tidak senonoh. Jangan seperti khadrau’ud-diman, seperti yang sering ditayangkan infotainment tv, mengumbar segala au-rat keluarga sehingga o-rang jijik mendengarnya.
Apatah lagi bila sam-pai ke bentuk-bentuk peri-laku yang mereka laksana-kan sebagai pasangan sua-mi isteri yang tidak layak didengar oleh selain me-reka. Selain itu juga dapat difahami bahwa ungkapan yang disebut oleh al-Qur-’an di atas, merupakan salah satu ungkapan yang memiliki arti kiasan yang amat mendalam: meng-hentak kaum wanita yang keras hati, namun bisa di-fahami rahasianya oleh mereka yang berhati lembut.
Kaum wanita me-mang memiliki naluri yang demikian lembut, dimana anda sekalian bisa mene-robos hati mereka hanya dengan menyentuh ujung jarinya saja. Jantung me-reka memiliki nadi-nadi peka yang segera memom-pakan darah ke raut wajah mereka manakala mene-rima rangsangan.
Maka tidak dibenar-kan menghubungkan lang-sung kalimat hifzhul ghaib (menjaga harta dan kehor-matan diri) dengan kalimat bima hafizhallah (sebagai-mana Allah menjaga diri-nya). Sebab perpindahan yang demikian drastis dari penuturan rahasia diri yang tersembunyi ke arah penuturan penjagaan Allah yang demikian jelas memalingkan seseorang untuk berfikir secara ber-kepanjangan tentang hal-hal yang berada di balik tabir-tabir rahasia pribadi suami istri. Yakni, hal-hal yang tersembunyi dan rahasia, untuk dialihkan pada pengawasan Allah Azza wajalla.
Penghormatan yang diberikan kepada kaum wanita melalui kesaksian Allah tersebut di atas, di-maksudkan agar mereka tetap terjaga dari jamahan tangan-tangan kotor, pan-dangan mata jahil, atau pergunjingan, di saat sua-mi mereka tidak berada di rumah, melalui bujukan, rayuan berupa lembaran-lembaran uang, mobil mewah, rumah indah atau beberapa kerat roti.
Jadi, wanita-wanita shalihah ialah wanita yang menjaga harta dan kehor-matan dirinya ketika su-aminya tidak di rumah, sebagaimana Allah telah menjaga mereka. Itulah yang menjadi sifat shalihah kepada mereka. Sebab se-orang wanita yang sha-lihah akan selalu men-dapat pengawasan dari Allah Swt, dan ketakwaan yang mereka miliki me-nyebabkan mereka bisa menjadi wanita-wanita yang terpelihara dari sifat khianat dan mampu men-jaga amanat.
Oleh karena itulah yang dimaksud dengan Wanita Shalihah dalam ayat di atas adalah mereka yang selalu taat kepada Allah Swt, Rasul Nya, suaminya dan tidak mem-perturutkan hawa nafsu-nya dalam hidup harian-nya. Apabila dikaitkan arti ayat yang disebutkan di atas tepat sekali untuk menggambarkan ihwal kaum wanita masa kini yang senang membeberkan rahasia-rahasia rumah tangga sendiri, atau rumah tangga orang lain (gosip wanita sinetron) dan tidak bisa menjaga harta dan kehormatan dirinya mana-kala suami mereka tidak berada di rumah bukanlah termasuk dalam koridor wanita shalihah.
Jangan seperti khad-rau’uddiman, seperti yang sering ditayangkan infotai-ment tv, mengumbar segala aurat keluarga sehingga orang jijik mendengarnya. Jika diamati dengan seksa-ma keterangan diatas, ma-ka dapat disimpulkan bah-wa isteri yang shalihah mempunyai karakter se-bagai berikut:
1. Menaati  Allah dan Rasul Nya
Dengan ketaatannya itulah sebagai aset terbesar baginya untuk meraih ganjaran tertinggi sebagai buah dari ilmu dan iman-nya. Yaitu surga yang pe-nuh dengan kenikmatan, dia kekal didalamnya se-lama-lamanya. Allah Swt. berfirman:
(Hukum-hukum ter-sebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barang-siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah me-masukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. (Qs. An Nisaa’, 4: 13)
Firman Allah lagi: “Dan barangsiapa yang men-taati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sa-ma dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (Qs. An Nisaa’, 4: 69)
Abu Hurairah ra ber-kata, Rasulullah Saw ber-sabda: “Semua ummatku akan masuk surga kecuali yang enggan (tidak mau). Pa-ra sahabat bertanya: Siapa-kah yang enggan itu wahai Rasulullah? Beliau men-jawab: Barang siapa yang ta’at kepadaku (mengikuti Sunnahku), dialah yang akan masuk surga, dan barang siapa yang mendurhakaiku, maka dialah yang yang enggan masuk surga.” (HR Bukhari)
Maka demikian pula seorang wanita atau isteri, dia akan masuk surga de-ngan menaati Allah dan Rasul-Nya dengan se-benar-benarnya.
2. Menaati Suami 
Ketaatan kepada su-aminya merupakan pin-tu keselamatan baginya un-tuk meraih kenikmatan yang kekal dan abadi di surga. Rasulullah Saw bersabda:
“Jika seorang isteri itu telah menunaikan shalat lima waktu, dan shaum (puasa) di bulan Ramadhan, dan men-jaga kemaluannya dari yang haram serta taat kepada suaminya, maka akan di-persilakan: masuklah ke surga dari pintu mana saja kamu suka.” (HR. Ahmad)
Diriwayatkan dari Ummu Salamah, bahwasa-nya Asma datang kepada Nabi dan berkata: Sesungguhnya aku adalah utusan dari kaum wanita Muslim, semua mereka berkata dan berpendapat sebagaimana aku Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah telah mengutusmu kepada laki-laki dan wanita, kami telah beriman kepadamu dan mengikutimu, (namun) ka-mi kaum wanita merasa dibatasi dan dibelenggu. Padahal kamilah yang menunggu rumah mereka, tempat menyalurkan nafsu mereka, kamilah yang mengandung anak-anak mereka, sedang mereka dilebihkan dengan sholat berjamaah, menyaksikan jenazah dan berjihad di jalan Allah.
Dan apabila mereka ke luar berjihad, kamilah yang menjaga harta me-reka dan kamilah yang me-melihara anak-anak me-reka, maka apakah kami tidak mendapatkan bagian pahala mereka wahai Rasulullah? Maka berpalinglah Rasulullah ke-pada para sahabatnya dan bertanya: Apakah tadi ka-mu sudah mendengar pertanyaan sebaik itu dari seorang perempuan tentang agamanya? Mereka menjawab: Ya, Demi Allah wahai Rasulullah, kemu-dian beliau bersabda: Pergilah engkau wahai Asma dan beritahukanlah kepada wanita-wanita yang mengutusmu bahwa layanan baik salah seorang kamu kepada suaminya, meminta keridhaannya dan menuruti kemauannya menyamai (pahala) amal-an laki-laki yang engkau sebutkan tadi. Maka Asma pun pergi sambil bertahlil dan bertakbir karena gembiranya dengan apa yang diucapkan Rasulullah ke-padanya. (Al Istii’aab, Ibnu ‘Abd al Bar)
Dari Ibnu Abbas ra ia berkata, wakil wanita ber-kata: “Wahai Rasulullah, saya wakil dari kaum wanita untuk berjumpa denganmu. Sesungguhnya jihad hanya diwajibkan atas kaum laki-laki saja, sekiranya mereka menang mereka memperoleh pahala dan sekiranya mereka terbunuh, maka mereka senantiasa hidup dan diberi rizki di sisi Rabb mereka. Sedangkan kami golongan wanita menjalankan tugas (berkhidmat) untuk mereka, maka adakah bagian kami dari yang tersebut? Maka Rasulullah menjawab, Sam-paikanlah kepada siapa saja dari kaum wanita yang eng-kau temui, bahwa taat kepada suami dan mengakui hak sua-mi adalah menyamai yang demikian itu, dan amat sedikitlah di antara kamu yang mampu melaksana-kannya.” (HR al Bazzar)

3. Melayani Suami 

Sebagian isteri sangat taat kepada suaminya, tapi kurang pandai melayani suami dengan sebaik-baik-nya. Maka jika taat kepada suami dan pandai me-layaninya, hal itu merupa-kan kemuliaan tersendiri yang mengangkat derajat-nya meraih keselamatan di dunia dan akhirat.
Ummu Salamah ra berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Tiap-tiap isteri yang mati diridhai oleh suaminya, maka ia akan masuk surga.” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Dari Abdullah bin Abi Aufa ia berkata, Mu’adz di-utus ke Yaman atau Syam dan dia melihat orang-orang Nashrani bersujud kepada pembesar-pem-besar dan kepada pendeta-pendetanya. Maka beliau berkata dalam hatinya sesungguhnya Rasulullah lebih layak untuk di-agungkan (daripada me-reka). Maka tatkala ia datang kepada Rasulullah ia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku melihat orang-orang Nashrani bersujud kepada pembesar-pembesar dan kepada pendeta-pendetanya, dan aku berkata dalam hatiku sesungguhnya engkaulah yang lebih layak untuk diagungkan (daripada mereka) lalu beliau bersabda: Andaikata aku boleh memerintahkan seseorang bersujud kepada seseorang, maka sung-guh akan kuperintahkan isteri bersujud kepada suami-nya dan seorang isteri belum dikatakan menunaikan kewajibannya terhadap Allah sehingga menunaikan kewajibannya terhadap suami seluruhnya, sehingga andai-kan (suaminya) memerlu-kannya di atas kendaraan, sungguh ia tidak boleh menolaknya. (HR Ahmad)
4. Menjaga  Kehormatan Diri 
Ciri keempat inilah yang merupakan kunci dari keshalihan seorang isteri yang berada di bawah pengawasan suaminya yang shalih. Lelaki yang memiliki isteri dengan ka-rakteristik seperti ini ber-arti telah memiliki harta simpanan yang terbaik.
Dari Abu Umamah ra, dari Nabi Saw beliau ber-sabda: “Tidak ada yang paling bermanfaat bagi se-orang (lelaki) Mukmin se-su-dah bertaqwa kepada Allah daripada memiliki isteri yang shalihah, yaitu jika ia di-perintah ia taat, jika ia dipan-dang menye-nangkan hati, dan jika ia digilir ia tetap ber-buat baik, dan jika ia diting-galkan (suaminya) ia tetap menjaga suaminya dalam hal dirinya dan harta suaminya.” (HR Ibnu Majah)
Dari Ibn Abbas ra Rasulullah Saw bersabda: “Ada empat perkara siapa yang memilikinya berarti mendapat kebaikan di dunia dan akhirat, yaitu hati yang bersyukur, lisan yang selalu berzikir, tubuh yang bersabar ketika ditimpa bala bencana (musibah) dan isteri yang ti-dak menjerumuskan suami-nya dan merusakkan harta bendanya.” (HR Thabrani dengan isnad Jayyid).
Wanita paling baik ada-lah wanita (isteri) yang apabila engkau meman-dangnya menggembirakan-mu, apabila engkau menyu-ruhnya dia pun menaati, dan apabila engkau pergi dia juga memelihara dirinya dan menjaga hartamu. (HR Abu Dawud. Derajat hadits oleh al Hakim dinyatakan shahih).
Semoga para akhwat mampu memiliki karakter tersebut sehingga melayak-kannya mendapat pahala yang telah dijanjikan Allah Swt. Mereka menjadi par-tner dalam perjuangan fi sabilillah, dan menjadi pendamping setia dikala suka dan duka bersama suami yang dicintainya.
Amien Ya Rabbal Alamin.
Wallahu’alam…

TETAPLAH DISISIKU


  Ya Allah…
                                                                     Dimanakah ku harus berlabuh…
Saat semua dermaga menutup pintu,
Dan berkata “ ini bukan untukmu…”
“Segara menjauh karna disini bukan tempatmu….!!!”
Ya Allah…
Katakan padaku, dermaga untukku berlabuh…???
Agar ku segera menghela nafas kehidupan yang baru.
Sampai kapan ku harus arungi waktu,..
Ku lelah Menunggu suatu yang tak pasti walau hanya Satu,..

Ya Allah …
Beri aku penerang jalan-Mu
Agar tak tersesat saat ku melaju,..
Kuatkan awak kapalku,
Saat badai menghalangi jalanku
Ya Allah …
Tetaplah disisiku,
Jangan Engkau menjauh dariku…
Karna ku mati tanpa hadir-Mu
PUISIKU.NET

DOA SEORANG HAMBA


Ya Allah..
Sungguh hatiku ini rapuh..
Serapuh kaca, yang setiap saat mudah retak
Disebabkan oleh godaan duniawi..
Ya Allah..
Dimanakah tempatku meminta,
Ketika semua tangan terbelenggu???
Hanya kepada-MU lah tempatku meminta
Berharap dengan sepenuh jiwa ENGKAUkan
Mengabulkan setiap permintaan Hamba-MU
Ya Allah..
Dimanakah tempat, mencurahkan segenap perasaanku
Saat semua telinga tertutup ???
Hanya kepada-MU lah, ku kan bersimpuh dan mengadu segala
Keluh kesah yang berada didalam dada ini..
Ya Allah..
Hanyalah kepada-MU,
Kami memohon serta meminta…
Amiiin …!!!

Senin, 06 Februari 2012

(تعليم اللّغة العربيّة فى الجامعة الإسلاميّة)


كما عرفنا أنّ اللّغة العربيّة هي أعظم اللّغة فى هذا العالم. لأنّها لغة القرآن الكريم والسّنة النّبويّة, ولغة المجتمع الّتى يستعملها فى كلّ أشكال الحياة فى هذا العالم, و سوف يكون هذه اللّغة لغة المستقبل فى الحياة الإندونيسياّ. بنسبة هذه الأهميّة عرفنا أنّ جميع المدارس والجامعات فى إندونيسيا مشغولون فى تعليم اللّغة العربيّة.
والجامعات الإسلامية فى إندونيسيا, تهتمّ كثيرا فى تعليم اللّغة العربيّة كما تهتمّ فى تعليم اللّغة الإنجليزيّة. و تدرس هذه اللّغة الشّريفة لجميع الطّلبة فى الجامعة الإسلاميّة كالمواد الدراسيّة الأساسيّة. كما تعليم اللّغة العربيّة فى جامعة (سلطان مولانا حسن الدّين) الإسلاميّة الحكوميّة بنتن. والطلاب فى هذه الجامعة يتعلّم ويهتمّ اللّغة العربيّة كثيرا. لأنّها هذه الّلغة لغة الدوليّة.
واللّغة العربيّة هي من المادة المهمّة و تدرس فى سائر الجامعة الإسلاميّة فى إندونيسيا, أمّا هدف تعليم اللّغة العربيّة فيها ينقسم إلى قسمين:
1.الهدف العام: الفهم والأفهام. لابدّ من سائر الطّلاب فى الجامعة الإسلاميّة كفاءة فى الفهم والأفهام فى اللّغة العربيّة.
2.الهدف الخاص: الهدف الخاص فى تعليم اللّغة العربيّة يختلف لكلّ الجامعة الإسلاميّة.كما عرفنا أنّ لكلّ الجامعة حريّة فى تصميم وتطوير المنهج.


الكاتب: الفقير والضّعيف غنتور نارا فرسادا

Selasa, 31 Januari 2012

Peranan Keluarga dan Masyarakat dalam Pendidikan

Pendahuluan

Mengingat tugas untuk mendidik anak-anak dibebankan tanggung jawabnya kepada kedua orang tua dan juga menjadi amanat yang dipikulkan di atas pundak para murabbi, kelak Allah SWT akan meminta pertanggungjawabannya dari mereka pada hari kiamat nanti dan akan menanyai mereka apa yang telah mereka pimpin. Sebenarnya masing-masing orang di antara kita adalah pemimpin dan kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kita. Oleh karena itu, kita jumpai para murabbi senantiasa dalam kebingungan menghadapi tanggung jawab ini, bahkan adakalanya benar-benar melelahkan pikiran mereka. Bagaimana mereka dapat meraih keberhasilan mendidik anak-anak mereka yang beraneka ragam kecenderungan dan keinginannya, terlebih lagi banyaknya rintangan dan hambatan yang membarikade jalan menuju arah pendidikan yang benar.
Apakah yang dapat dilakukan oleh kedua orang tua dan masyarakat bila anak-anak masih juga belum mau bersikap disiplin terhadap terhadap pengarahan yang diberikan?
1.    Peranan Keluarga dalam Pendidikan
Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima oleh keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah.
Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya lebih bersifat pembantukan watak dan budi pekerti, latihan keterampilan dan kependidikan kesosialan, seperti tolong-menolong, bersama-sama menjaga kebersihan rumah, menjaga kesehatan dan ketentraman rumah tangga dan sejenisnya.
Dalam rangka pelaksanaan pendidikan nasional, peranan keluarga sebagai lembaga pendidikan semakin tampak dan penting. Peranan keluarga terutama dalam penanaman sikapdan nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta pembinaan bakat dan kepribadian. Sehubungan dengan itu nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai kepercayaan terhadap Allah SWT dimulai dalam keluarga. Agar keluarga dapat memainkan peran  tersebut, keluarga perlu juga bekali dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan pendidikan, perlu adanya pembinaan. Hal ini dapat dicapai melalui pendidikan kemasyarakatan terutama pendidikan orang dewasa dan pendidikan wanita.
2.    Peranan Masyarakat dalam Pendidikan
Masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga setalah pendidikan di lingkungan keluarga dan pendidikan di lingkungan sekolah. Bila dilihat ruang lingkup masyarakat, banyak dijumpai keanekaragaman bentuk dan sifat masyarakat. Namun justru keanekaragaman inilah yang dapat memperkaya budaya bangsa Indonesia.
Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah salah satu unsur pelaksana asas pendidikan seumur hidup. Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga dan sekolah sangat terbatas, di masyarakatlah orang akan meneruskannya hingga akhir hidupnya. Segala pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di lingkungan pendidikan keluarga dan di lingkungan sekolah yang akan berkembang dan dirasakan manfaatnya dalam masyarakat.
Tanggung jawab masyarakat dalam pendidikan sebenarnya masih belum jelas, tidak sejelas tanggung jawab pendidikan di lingkungan keluarga dan di lingkungan sekolah. Hal ini disebabkan faktor waktu, hubungan, sifat dan isi pergaulan yang terjadi dalam masyarakat. Waktu pergaulan terbatas, hubungannya hanya pada waktu-waktu tertentu, sifat pergaulannya bebas, dan isinya sangat kompleks dan beraneka ragam. Meskipun demikian masyarakat mempunyai peran yang besar dalam pelaksanaan pendidikan nasional. Peran masyarakat itu antara lain menciptakan suasana yang dapat menunjang pelaksanaan pendidikan nasional, ikut menyelenggarakan pendidikan non-pemerintah (swasta), membantu pengadaan tenaga, biaya, sarana dan prasarana, menyediakan lapangan kerja, membantu pengembangan profesi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Peran masyarakat tersebut dilaksanakan melalui jalur-jalur:
a.    Perguruan swasta
b.    Dunia usaha
c.    Kelompok profesi
d.   Lembaga swasta nasional lainnya
a.     Peranan Perguruan Swasta
Perguruan swasta mempunyai tanggung jawab dan peranan yang penting dalam usaha ikut serta melaksanakan pendidikan nasional. Karena itu pertumbuhan dan kemampuannya perlu dikembangkan berdasarkan pola pendidikan nasional yang mantap dengan tetap mengindahkan ciri has perguruan yang bersangkutan. Yang termasuk perguruan swasta yaitu usaha-usaha dari masyarakat yang secara langsung mengelola dan menyelenggarakan pendidikan formal.
Perguruan swasta dapat menyelenggarakan semua jenis dan jenjang pendidikan, kecuali pendidikan kedinasan di lingkungan pemerintah. Dalam melaksanakan tugasnya perguruan swasta berkewajiban melaksanakan ketentuan-ketentuan pokok pendidikan nasional seperti peraturan perundang-undangan, standarisasi dan akreditasi. Karena itu perguruan swasta perlu dan harus dikelola oleh suatu lembaga yang berbentuk badan hukum, sehingga hak dan kewajibannya, kelangsungan pertumbuhannya mempunyai dukungan yang mantap.

b.    Peranan Dunia Usaha
Sebagai bagian dari masyarakat, dunia usaha mempunyai kaitan yang erat dengan unsur-unsur kehidupan masyarakat lainnya, termasuk disini adalah pendidikan. Hubungan dunia usaha dengan pendidikan dapat dilihat dari dua segi, yaitu:
1). Dunia usaha sebagai konsumen pendidikan, dalam arti dunia usaha memanfaatkan dan mengambil dari hasil dari pendidikan yang berupa lulusan.
2). Dunia usaha sebagai pengembang, dan pelaksana dalam penyelenggaraan sistem pendidikan.
            Perananan dunia usaha dalam penyelenggaraan system pendidikan nasional dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti misalnya:
1). Melaksanakan sistem magang.
2). Membentuk konsorisum pengadaan dana yang dapat dimanfaatkan untuk usaha-usaha pendidikan.
3). Menyediakan fasilitas untuk kepentingan pendidikan dan latihan.
4). Mengadakan latihan prajabatan dan penataran.
5).Mengadakan program pendidikan kemasyarakatan seperti wajib program pendidikan minimum untuk karyawannya.
6). Mengadakan kerja sama dengan sekolah-sekolah kejuruan dan lembaga pendidikan lainnya.
Peranan dan partisipasi dunia usaha di dalam menyelenggarakan sistem pendidikan nasional perlu diatur dan dikelola dengan peraturan perundang-undangan oleh pemerintah agar peran sertanya lebih efektif dan efisien.
c.    Peranan Kelompok Profesi
Di dalam masyarakat yang sedang membangun, keterampilan dan keahlian sangat diperlukan, sehingga dengan sendirinya kelompok profesi menjadi sangat penting dan menentukan. Kita sadari bahwa pembinaan keterampilan dan keahlian ini merupakan bidang garap dalam proses pendidikan. Karena itu peranan kelompok profesi sangat penting pula dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional.
Peranan kelompok profesi dalam pendidikan antara lain:
1). Merencanakan dan menyelenggarakan latihan keterampilan dan keahlian.
2). Menjamin dan menguji kualitas keterampilan dan keahlian tersebut
3). Menyediakan tenaga-tenaga pendidikan untuk berbagai jenis pendidikan, terutama pendidikan kemasyarakatan dan pendidikan khusus.
d. Peranan Lembaga Swasta Lainnya
  kecuali peranan pendidikan swasta, dunia usaha dan kelompok profesi, di dalam masyarakat berkembang pula lembaga-lembaga swasta nasional yang mengelola menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosial, kebudayaan, keagamaan, penelitian, keterampilan dan keahlian.
Peranan lembaga swasta nasional itu terutama diharapkan dalam rangka pelaksanaan pendidikan kemasyarakatan melalui kegiatan-kegiatan pendidikan yang mempunyai efek sosial.

Penutup
            Pendidikan tidak lepas dari peranan keluarga/orang tua dan masyarakat, karena kedua komponen inilah yang paling uatama dan yang paling penting dalam rangka penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan. Keluarga dalam pendidikan anak-anak harus lebih bersifat pembentukan watak dan budi pekerti, latihan keterampilan dan kependidikan kesosialan, seperti tolong-menolong, bersama-sama menjaga kebersihan rumah, menjaga kesehatan dan ketentraman rumah tangga dan sejenisnya. Dan di sini masyarakat merupakan pendidikan yang ketiga setelah pendidikan di lingkungan keluarga dan sekolah, dan masyarakat pulalah yang paling dominan mempengaruhi akhlak dan pendidikan seorang anak.

Daftar Pustaka
  1. Abdur Rahman, jamaal. 2005. Tahapan Mendidik Anak. Bandung: Seri Pendidikan.
  2. Ihsan, Fuad.2008.sistem Pendidikan Nasaional. Jakarta: Rimeka Cipta

TEORI SEPUTAR PENTERJEMAHAN



Disusun Oleh: Guntur Nara Persada
Tugas Bhasa Indonesia
كلية التربية والأداب
قسم التعليم اللغة العربية 
جامعة"سلطان مولنا حسن الدين"الإسلامية الحكومية بنتن

BAB I
PENDAHULUAN
            Bahasa Indonesia harus mampu mencari, mendapatkan dan memberikan padanan istilah, konsep, jargon, frase atau kalimat-kalimat yang dipakai ilmu, pengetahuan, teknologi, kebudayaan, seni dari, antara lain, bahasa-bahasa yang telah memilikinya lebih dahulu. Dalam konteks inilah maka penerjemahan harus dilakukan, sebab akan banyak kata-kata, istilah, konsep dan jargon yang bisa diserap oleh Bahasa Indonesia.
            Jepang, yang bangga disebut sebagai translation empire (kaisar terjemah), Taiwan, Korea, dan sejumlah Negara Eropa, untuk kasus modern, dan bangsa Arab pada masa-masa awal dan pada abad-abad pertengahan, adalah contoh kongkrit bagaimana suatu bangsa atau bangsa-bangsa mencoba menjadi maju dengan memperkaya bahasa mereka melalui gerakan penerjemahan bahasa-bahasa asing ke dalam bahasa mereka sendiri.
            Itulah, antara lain, tujuan mengapa kita menerjemahkan karya-karya bangsa lain yang telah dianggap lebih maju daripada kita baik dalam bidang ilmu, pengetahuan, kebudayaan, teknologi maupun seni. Atau dengan kata lain, penerjemahan juga dimaksudkan untuk mencendikiakan bahasa Indonesia

BAB II
TEORI SEPUTAR PENTERJEMAHAN
            Teori seputar penerjemahan mencakup beberapa pengertian penerjemahan dan istilah-istilah yang terkait, jenis-jenis penerjemahan, strategi penerjemahan , dan evaluasi atau kritik terjemahan.
  1. Pengertian Penerjemahan
Menurut definisi kamus, penerjemahan merupakan pengubahan dari suatu bentuk ke dalam bentuk lain atau pengubahan dari suatu bahasa- biasa disebut bahasa sumber- ke dalam bahasa lain- biasa disebut bahasa penerima atau bahasa sasaran. Yang dimaksud dengan bentuk bahasa ialah kata, frase, klausa, paragraph, dan lain-lain, baik lisan maupun tulisan. Dalam penerjemahan, bentuk bahasa sumber diganti menjadi bentuk bahasa penerima.
            Dalam Wikipedia, dikemukakan bahwa translation is an activity comprising the interpretation of the meaning of a text in one language –the source text – and the production of a new, equivalent text in another language – called the target text, or the translation. Secara bebas teks tersebut mengandung pengertian bahwa penerjemahan adalah suatu aktivitas yang terdiri dari menafsirkan makna teks dalam satu bahasa (bahasa sumber) dan membuat teks yang baru yang sepadan dalam bahasa lain (bahasa sasran).

  1. Syarat-syarat penerjemah
Proses penerjemahan adalah proses komunikasi. Jadi, penerjemah dituntut untuk mengetahui betul apa yang akan dikomunikasikan, mengetahui siapa sasaran konmunikasi, serta dapat menentukan alat komunikasi dan bagaimana komunikasi tersebut akan disampaikan.
Secara sederhana dapat dikatakan penerjemah perlu:
  • Menguasai masalah atau materi naskah yang akan diterjemahkan, meskipun secara umum. Akan sukar menerjemahkan naskah buku ilmu pengetahuan atau teknologi misalnya bila si penerjemah tidak mempuyai latar belakang pendidikan dibidang tersebut.
  • Menguasai bahasa sumber, termasuk struktur, kebudayaan, dan istilah-istilah khusus dalam materi yang akan diterjemahkan. Bahasa di sini bukan sekedar kosa kata, melainkan juga menyangkut ungkapan dan struktur bahasa yang berlainan dengan struktur bahasa penerima/sasaran.
  • Menguasai bahasa penerima (dalam hal ini, bahasa Indonesia) dan mempunyai keterampilan menulis dan memilih padanan kata yang tepat dari suatu kata atau frase bahasa sumber.
  • Memahami gaya, jiwa, dan respons yang diharapkan penulis asli dalam karya yang diterjemahkan, sehingga pembaca hasil terjemahan akan memberikan tanggapan yang sama dengan pembaca naskah/buku asli.
  • Sebelum menerjemahkan, seorang penerjemah hendaknya mempertimbangkan sasaran pembaca terlebih dahulu, untuk siapa terjemahan itu dibuat. Terjemahan untuk kalangan akademik tentu akan berbeda dengan yang dibuat untuk sasaran pembaca umum. Begitu juga terjemahan yang dibuat untuk orang dewasa akan berbeda dengan yang dibuat untuk anak-anak. Kehendak orang yang memerlukan terjemahan itu juga harus dipertimbangkan oleh seorang penerjemah.
  • Mempunyai cukup waktu dan tidak terganggu oleh kegiatan-kegiatan lain. Penerjemahan memerlukan perhatian khusus.
  • Mempunyai cukup pengalaman dan latihan.
  1. Jenis Penerjemahan
Banyak ahli yang melakukan kategorisasi terhadap hasil terjemahan. Namun demikian, jenis atau ragam terjemahan setidaknya bisa dikategorikan menurut proses penerjemahan dann jenis naskah yang diterjemahkan. Berdasarkan proses penerjemahannya, jenis terjemahan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) jenis terjemahan yang berpihak kepada teks bahasa sumber dan (2) jenis terjemahan yang berpihak kepada bahasa sasaran.
  1. Terjemahan yang berpihak kepada teks bahasa sumber
Terjemahan yang berpihak kepada teks bahasa sumber dapat diamati dari adanya pengaruh teks bahasa sumber dalam teks terjemahan atau teks bahasa sasaran. Pengaruh itu bisa berupa struktur gramatikanya maupun pemilihan katanya. Secara umum, ciri-ciri terjemahan yang berpihak pada teks bahasa sumber adalah:
  • Masih memakai kata-kata yang terdapat dalam teks bahasa sumber.
  • Teks terjemahan masih terasa kalau itu teks terjemahan.
  • Masih mencerminkan gaya bahasa teks bahasa sumber.
  • Masih mencerminkan waktu ditulisnya teks asli (contemporary of the author).
  • Tidak ada penambahan atau pengurangan terhadap teks bahasa sumber.
  • Genre sastra tertentu harus dipertahankan didalam teks terjemahan.
Berdasarkan besar kecilnya pengaruh teks bahasa sumber terhadap teks bahasa sasaran, maka penerjemahan jenis ini merentang mulai dari terjemahan harfiyah (literal translation), terjemahan setia (faitfull translation) dan terjemahan semantik (sematic translation).
  1. Terjemahan yang berpihak kepada teks bahasa sasaran
Ciri utama terjemahan ini adalah keberpihakannya yang nyata terhadap teks dan pembaca bahasa sasaran. Sedangkan indikatornya antara lain:
  • Teks terjemahan hanya memberikan ide teks bahasa sumber, bukan kata-katanya.
  • Kalau dibaca, teks terjemahan terasa seperti tulisan asli dan tidak terasa seperti teks terjemahan.
  • Teks terjemahan memiliki gayanya sendiri.
  • Teks terjemahan mencerminkan waktu saat teks bahasa sumber itu diterjemahkan.
  • Tambahan dan pengurangan teks bahasa sumber dibenarkan.
  • Teks terjemahan tidak harus mempertahankan genre teks aslinya.
Berdasarkan tinngkat keberpihakannya terhadap teks dan pembaca bahasa sasaran, ragam terjemahan ini dapat dikategorikan ke dalam terjemahan bebes (free translation), terjemahan aidiomatis atau dinamik (idiomatic or dynamic translation), terjemahan komunikatif (communicative translation). 
  1. Proses Penerjemahan
Proses penerjemahan adalah suatu model yang dimaksudkan untuk menerangkan proses pikir (internal) yang dilakukan seorang penterjemah saat melakukan penerjemahan. Secara sederhana penerjemahan ini terdiri dari dua tahap yaitu: (1) analisis teks asli dan pemahaman makna dan/atau pesan teks asli, dan (2) pengungkapan kembali makna dan atau pesan tersebut di dalam bahasa sasaran dalam kata-kata atau kalimat yang berterima di dalam bahasa sasaran tersebut. Selanjutnya kedua tahap tersebut dijabarkan secara detail oleh beberapa ahli menjadi beberapa tahap, diantaranya oleh E. Sadtono. Menurutnya, proses penerjemahan terdiri dari 4 tahap, yaitu:
1. Analisis
Pada tahap ini penerjemah melakukan analisis struktur lahiriyah bahasa sumber. Tujuan analisis ini adalah untuk mennemukan hubungan tata bahasa, dan maksud suatu perkataan/kombinasi perkataan/frase.
Dalam tahap ini ada tiga langkah utama yang perlu diperhatikan, yaitu: (a) menentukan hubungan yang mengadung antara perkataan-perkataan dan gabungan perkataan; (b) menentukan maksud acuan perkataan perkataan atau kombinasi perkataan-perkataan atau aidiom; dan (c) menentukan makna konotasi, yaitu reaksi pemakai bahasa itu terhadap suatu perkataan atau gabungan/kombinasi perkataan, baik positif maupun negatif.
  1. Transfer
Setelah selesai proses penganalisaan, yaitu suatu langakah yang melibatkan aspek tata bahasa dan aspek semantiks teks yang diterjemahkan, hasil penganalisaan tersebut kemudian dipindahkan/ditransfer ke dalam otak penerjemah dari bahasa sumber ke bahasa sasaran.
  1. Restrukturisasi
Bahan yag sudah dipindahkan kemudian distrukturkan kembali atau ditulis kembali dalam bahasa sasaran dengan catatan berita yang dihasilkan nanti benar-benar sesuai dengan gaya bahasa sasaran. Langkah inilah yang merupakan kegiatan menerjemahkan yang sesungguhnya. Penerjemah memilih padanan kata dan bentuk kalimat yang cocok dalam bahasa penerima, agar pesan penulis dapat disampaikann dengan sebaik-baiknya. 
  1. Revisi atau penghalusan hasil terjemahan
Apabila proses restrukturisasi telah selesai, langkah selanjutnya adalah menguji atau mengevaluasi hasil terjemahan tersebut. Tujuannya adalah untuk memperbaiki atau memperhalus hasil terjemahan. Pengujian itu hendaknya meliputi seluruh masalah yang mungkin timbul, yaitu ketetapan amnalisis bahasa, kesamaan isi atau pesan, ketetapan gaya bahasa dan lain-lain. 
BAB III
PENUTUP
            Demikianlah beberapa strategi dan kiat dalam menerjemahkan teks berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Strategi dan kiat di atas hanya bersifat membantu penerjemah dalam menghadapi beberapa persoalan dalam penerjemahan teks berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya masih banyak hal yang harus diungkap dalam makalah ini terkait dengan strategi penerjemahan. Selanjutnya perlu diketahui dan disadari bersama bahwa teori dan strategi penerjemahan yang ada di makalah ini tidak akan banyak membantu untuk menjadi penerjemah-penerjemah profesional kecuali jika terus dan terus giat berlatih dan menerapkan teori dan strategi tersebut. 

DAFTAR PUSTAKA
  1. Muip, Abdul. 2009. Strategi dan Kiat menerjemahkan Teks Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Teras.
  2. Kahar, Hazmida. 2008. Etnografi dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Jakarta: Beringin Mulia.
  3. As. Rahman, Nur Mufid. 2007. Buku Pintar Menerjemahkan Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif
  4. Burdah, Ibnu. 2004. Menjadi Penerjemah. Yogyakarta: Tiarawacana.
  5. Martaya, Widya. 1993. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisinus.


 

Senin, 30 Januari 2012

المحفوظات للسة الثانية والثالثة


الحثُّ على التعلّمِ
العالِمُ كبيرٌ وإنْ كانَ حدثًا * والجاهلُ صغيرٌ وإنْ كانَ شيخًا
تعلّمْ فليسَ المرءُ يولَدُ عالِمًا * وليسَ أخو علمٍ كمنْ هوَ جاهلُ
وإنَّ كبيرَ القومِ لاعلمَ عندَهُ * صغيرٌ إذا التفّتْ عليهِ الْمحافلُ
الحثُّ على التعلّمِ
منْ لَمْ يذقْ ذلَّ التعلّمِ ساعةً * تجرّعَ ذلَّ الجهلِ طولَ حياتهِ
ومنْ فاتهُ التعليمُ وقتَ شبابهِ * فكبّرْ عليهِ أربعًا لوفاتهِ
حياةُ الفتى واللهِ بالعلمِ والتقَى * إذا لَمْ يكونا لااعتبارَ لذاتهِ
أدب المجالسةِ
إنْ أنتَ جالستَ الرجالَ ذوى النهَى * فاجلسْ إليهمْ بالكمالِ مؤدّبًا
واسمعْ حديثَهمْ إذا همْ حدّثوا * واجعلْ حديثَكَ إنْ نطقتَ مهذّبًا
الشرفُ بالأدبِ
لاتنظرَنَّ لأثوابٍ على أحدٍ * إنْ رُمتَ تعرفَهُ فانظرْ إلى الأدبِ
وما الحسنُ فى وجهِ الفتَى شرفًا لهُ * إنْ لَمْ يكنْ فى فعلهِ والخلائقِ
فلْينظرَنَّ إلى منْ فوقَهُ أدبًا * ولينظرَنَّ إلى منْ دونَهُ مالًا
قالَ الإمامُ الشافعىُّ فى صعوبةِ التعلّمِ
شكوتُ إلى وكيعٍ سوءَ حفظِىْ * فأرشدَنِى إلى تركِ المعاصِى
  فأخبرَنِى بأنَّ العلمَ نورٌ * ونورُ اللهِ لايُهدَى للعاصِى
حقُّ الوالدَينِ
إنَّ للوالدَينِ حقًّا علينا * بعدَ حقِّ اللهِ فى الاحترامِ
أوجدانا وربّيانا صغارًا * فاستحقَّ نِهايةَ الإكرامِ
التواضعُ
تواضعْ إذا ما نلتَ فى الناسِ رفعةً * فإنَّ رفيعَ القومِ منْ يتواضعُ
تواضعْ إذا كانَ قدرُكَ عاليًا * فإنَّ اتّضاعَ المرءِ منْ شيمِ العقلِ
التواضعُ
تواضعْ تكنْ كالنجمِ لاحَ لناظرٍ * على صفحاتِ الماءِ وهوَ رفيعُ
ولاتكنْ كالدخانِ يعلو بنفسهِ * على صفحاتِ الجوِّ وهوَ وضيعُ
الصدقُ
عليكَ بالصدقِ فى كلِّ الأمورِ * لاتكذبْ فأقبحَ مايُزرى بكَ الكذبُ
لايكذبُ المرءُ إلَّا منْ مهانتهِ * أوعادةِ السوءِ أو قلّةِ الأدبِ
النصيحةُ
اسلكْ بنىَّ مناهجَ الساداتِ * وتخلّقنَّ بأشرفِ العاداتِ
وإذا اتّبعتَ برزقِ ربّكَ فاجعلنْ * منهُ الأجلَّ لأوجهِ الصدقاتِ
بقدرِ ما تعتنى تنالُ ما تتمنَّى
بقدرِ الكدِّ تُكتسبُ المعالِى * ومنْ طلبَ العلى سهرَ الليالِى
ومنْ طلبَ العلى منْ غيرِ كدٍّ * أضاعَ العمرَ فى طلبِ المُحالِ
الصبرُ
الصبرُ كالصبرِ مرٌّ فى مذاقتهِ * لكنْ عواقبهُ أحلى منَ العسلِ
كنْ حليمًا إذا بُليتَ بغيظٍ * وصبورًا إذا أتتكَ مصيبةٌ
احترامُ المعلّمِ والطبيبِ
إنَّ المعلّمَ والطبيبَ كلاهمَا * لاينصحانِ إذاهما لَمْ يُكرمَا
فاصبرْ لدائكَ إنْ جفوتَ طبيبًا * واقنعْ لجهلكَ إنْ جفوتَ معلّمَا
الطمعُ فى العملِ الصالِحِ
ولدتكَ أمُّكَ يا ابنَ آدمَ باكيًا * والناسُ حولكَ يضحكونَ سرورًا
احرصْ على عملٍ تكونُ بهِ إذا * يبكونَ حولكَ ضاحكًا مسرورًا
قالَ الشاعرُ فى الخلِّ
إنْ قلَّ مالِى فلاخلَّ يصاحبُنى * وإنْ زادَ مالِى فكلُّ الناسِ خُلَّانِى
فكمْ عدوٍّ لأجلِ المالِ صاحبَنى * وكمْ صديقٍ لفقدِ المالِ عادانِى
للطغرائىِّ المتوفَّى 513 هـ
لوكانَ نورُ العلمِ يُدرَكُ بالمنَى * ماكانَ يبقَى فى البريَّةِ جاهلُ
اجهدْ ولاتكسلْ ولاتكُ غافلًا * فندامةُ العقبَى لِمنْ يتكاسلُ
لِمحمودٍ سامِى باشَا المتوفَّى 1322 هـ
فى انتهازِ الفرصةِ
بادرِ الفرصةَ واحذرْ فوتَها * فبلوغُ العزِّ فى نيلِ الفرصْ
واغتنمْ عمرَكَ إبّانَ الصّبا * فهوَ إنْ زادَ معَ الشيبِ نقصْ
 وابتذرْ مسعاكَ واعلمْ أنَّ منْ * بادرَ الصيدَ معَ الفجرِ قنصْ
إنَّ ذاالحاجةِ إنْ لَمْ يغتربْ * عنْ حماهُ مثلُ طيرٍ فى قفصْ
  قالَ الإمامُ الشافعىُّ المتوفَّى 204 هـ
فى مدحِ السفرِ
ما فى المقامِ لذى عقلٍ وذى أدبٍ * منْ راحةٍ فدعِ الأوطانَ واغتربْ
سافرْ تجدْ عوضًا عمّنْ تفارقُهُ * وانصبْ فإنَّ لذيذَ العيشِ فى النصبْ
إنّى رأيتُ وقوفَ الماءِ يفسدُهُ * إنْ سالَ طابَ وإنْ لَمْ يجرِ لَمْ يطبْ
والأسدُ لولا فراقُ الغابِ ماافترستْ * والسهمُ لولا فراقُ القوسِ لَمْ يُصبْ
والشمسُ لوْ وقفتْ فى الفلكِ دائمةً * لَملَّها الناسُ منْ عجمٍ ومنْ عربْ
والتبرُ كالتربِ مُلقًى فى أماكنهِ * والعودُ فى أرضهِ نوعٌ منَ الحطبْ
لِحسامِ الدينِ الواعظىِّ المتوفَّى 99 هـ
تعلّمِ العلمَ واجلسْ فى مجالسهِ * ما خابَ قطٌّ لبيبٌ جالسَ العلما
والوالدينِ فأكرمْ تنجُ منْ ضررٍ * ولا تكنْ نكدًا تستوجبُ النقما
ولازمِ الصمتَ لاتنطقْ بفاحشةٍ * وأكرمِ الجارَ لاتهتكْ لهُ حرما
 واحذرْ منَ المزحِ كمْ فى المزحِ منْ خطرٍ * وكمْ منْ صديقينِ بعدَ المزحِ فاختصما
لأبِى العتاهيّةِ المتوفَّى 211 هـ
لكلِّ شىءٍ زينةٌ فى الورَى * وزينةُ المرءِ تمامُ الأدبِ
ما وهبَ اللهُ لامرءٍ هبةً * أشرفَ منْ عقلهِ ومنْ أدبهْ
قدْ يشرفُ المرءُ بآدابهِ فينا * وإنْ كانَ وضيعَ النسبِ
منْ كانَ مفتخرًا بالمالِ والنسبِ * فإنّما فخرُنا بالعلمِ والأدبِ
هما حياةُ الفتَى فإنْ عدما * فإنَّ فقدَ الحياةِ أجملُ بهْ
لاتنظرَنَّ لأثوابٍ على أحدٍ * إنْ رمتَ تعرفَهُ فانظرْ إلَى الأدبِ
قالَ علىُّ بنُ أبِى طالبٍ المتوفَّى 40 هـ
عليكَ ببرِّ الوالدينِ كليهما * وبرِّ ذوى القربَى والأباعدِ
ولا تصحبنَّ إلَّا تقيًّا مهذّبًا * عفيفًا ذكيًّا منجزًا للمواعدِ
وكنْ واثقًا باللهِ فى كلِّ حادثٍ * يصنْكَ مدَى الأيّامِ منْ شرِّ حاسدِ
وباللهِ فاستعصمْ ولاترجُ غيرَهُ * ولا تكُ فى النعماءِ عنهُ بجاحدِ
وغُضَّ عنِ المكروهِ طرفَكَ واجتنبْ * إذَى الجارِ واستمسكْ بحبلِ المحامدِ
للإمامِ الشافعىِّ المتوفَّى 204 هـ فى الحكمِ
دعِ الأيّامَ تفعلْ ما تشاءُ * وطبْ نفسًا إذا حكمَ القضاءُ
ولا تجزعْ لحادثةِ الليالِى * فما لحوادثِ الدنيا بقاءُ
وكنْ رجلًا على الأهوالِ جلدًا * وشيمتُكَ السماحةُ والسخاءُ
ولاحزنٌ يدومُ ولاسرورٌ * ولاعسرٌ عليهِ ولارخاءُ
إذا ماكنتَ ذا قلبٍ قنوعٍ * فأنتَ ومالكُ الدنيا سواءُ
ومنْ نزلتْ بساحةِ المنايا * فلَا أرضٌ تقيهِ ولاسماءُ
قالَ الشيخُ عبدُ اللهِ فكرى باشا
المتوفَّى 1207 هـ
  إذا نامَ غرٌّ فى دجَى الليلِ فاسحرْ * وقمْ للمعالِى والعوالِى وشمّرْ
وسارعْ إلَى مارمتَ مادمتَ قادرًا * عليهِ فإنْ لَمْ تبصرِ النجحَ فاصبرْ
  وأكثرْ منَ الشورَى فإنّكَ إنْ تصبْ * تجدْ مادحًا أوْ تخطئَ الرأىَ تُعْذَرْ
وعوّدْ مقالَ الصدقِ نفسَكَ وارضهُ * تُصدَّقْ ولاتركنْ إلَى قولٍ مفترْ
ولاتقفُ زلَّاتِ العبادِ تعدُّها * فلستَ على هذا الورَى بمسيطرْ
قالَ السيّدُ أحمدُ الهاشمىُّ
عليكَ بالصبرِ والإخلاصِ فى العملِ * ولازمِ الخيرَ فى حلٍّ ومرتحلِ
وجانبِ الشرَّ واعلمْ أنَّ صاحبَهُ * لابدَّ يُجزاهُ فى سهلٍ وفى جبلِ
واصبرْ على مضضِ الأيّامِ محتملًا * ففيهِ قرعٌ لبابِ النجحِ والأملِ
لاتطلبِ العزَّ فى دارٍ وُلدتَ بِها * فالعزُّ عندَ رسيمِ أينقِ الذللِ
شمّرْ وجدَّ لأمرٍ أنتَ طالبُهُ * إذْ لاتنالُ المعالِى قطٌّ بالكسلِ
ولاتجادلْ جهولًا ليسَ يفهمُ ما * تقولُ فالشرُّ كلَّ الشرِّ فى الجدلِ
قالَ صلاحُ الدينِ الصفدىُّ المتوفَّى 764 هـ
الجَدُّ بالجِدِّ والحرمانُ بالكسلِ * فانصبْ تصبْ عنْ قريبٍ غايةَ الأملِ
واصبرْ على كلِّ مايأتى الزمانُ بهِ * صبرَ الحسّامِ بكفِّ الدارعِ البطلِ
وإنْ بُليتَ بشخصٍ لاخلاقَ لهُ * فكنْ كأنّكَ لَمْ تسمعْ ولَمْ يقلِ
ولايغرَّنْكَ منْ تبدو بشاشتُهُ * منهُ إليكَ فإنَّ السمَّ فى الدسمِ
وإنْ أردتَ نجاحًا أوْ بلوغَ منًى * فاكتمْ أمورَكَ عنْ حافٍ ومنتعلِ
لِمعروفٍ الرصافىِّ المتوفَّى 1945 م
شاعرٌ عراقىٌّ يُعدُّ منْ فخولِ الشعراءِ فى العصرِ الحديثِ
فى العلمِ
لايبلغُ المرءُ منتهَى أربهِ * إلَّا بعلمٍ يجدُ فى طلبهِ
فأوِ إلى ظلّهِ تعشْ رغدًا * عِيشًا أمينًا منْ سوءِ منقلبهِ
واتعبْ لهُ تسترحْ بهِ أبدًا * فراحةُ المرءِ منْ جنَى تعبهِ
وإنَّ للعلمِ فى العلَا فلكًا * كلُّ المعالى تدورُ فى قطبهِ
واسعَ إليهِ يَعزمْ ذى جلدٍ * مصمّمُ الرأىِ غيرَ مضطربهِ
وابذُلْ لهُ ما ملكتَ منْ نشبٍ * فالعلمُ أبقَى للمرءِ منْ نشبهِ
لاتتّكلْ بعدَهُ على نشبٍ * فالعلمُ ؟؟؟؟؟؟؟؟؟؟؟؟؟؟؟؟؟؟؟؟
واطرحِ المجدَ غيرَ طارفهِ * واجتنبِ الفخرَ فى غيرِ مكتبهِ
ما أبعدَ الخيرَ عنْ فتًى كسِلٍ * يسرُحُ فى لهوهِ وفى لعبهِ
المقتطفاتُ
*اطلبْ فى الحياةِ العلمَ والمالَ تحزِ الرئاسةَ علَى الناسِ لأنَّهمْ بينَ عامٍّ
   وخاصٍّ، فالخاصّةُ تفضّلكَ بالعلمِ والعامّةُ تفضّلكَ بالمالِ
*منْ عاملَ الناسَ فلَمْ يظلمْهمْ، وحدّثَهمْ فلمْ يكذبْهمْ، ووعدَهمْ فلمْ
   يخلفْهمْ، فهوَ ممّنْ كملتْ مروءتهُ
*منْ لَمْ يقمْ بأداءِ واجبهِ نحوَ وطنهِ ودينهِ حذرًا منَ التعبِ أوِالموتِ فليسَ
   بأهلٍ لأنْ يعيشَ لأنَّ الموتَ آتٍ لابدَّ منهُ ولكنَّ النفسَ الشريفةَ لاتموتُ
لصفىِّ الدينِ الحلّىِّ المتوفَّى 740 هـ
فى الأخلاقِ والخصالِ
لايمتطى المجدَ منْ لَمْ يركبِ الخطرَ * ولاينالُ العلَى منْ قدمَ الحذرَ
ومنْ أرادَ العلَا عفوًا بلاتعبٍ * قضَى ولَمْ يقضِ منْ إدراكها وطرَ
لابدَّ للشهدِ منْ نحلٍ يمنعهُ * لايجتنِى النفعَ منْ لَمْ يحملِ الضررَ
وأحزمُ الناسِ منْ لَوْ ماتَ منْ ظمإٍ * لايقربُ الوردَ حتَّى يعرقَ الصدرَ
وأعزرُ الناسِ عقلًا منْ إذا نظرَ * عيناهُ أمرًا غدًا بالغيرِ معتبرَ
للإمامِ الشافعىِّ رحمهُ اللهُ المتوفَّى 204 هـ
الحكمُ فى عزّةِ النفسِ
وعينُ الرضا عنْ كلِّ عيبٍ كليلةٌ * كما أنَّ عينَ السخطِ تبدِى المساوىَ
ولستُ بِهيّابٍ لِمنْ لايهابنىْ * ولستُ أرَى للمرءِ ما لايرَى لِىَ
فإنْ تبدُ منِّى تبدُ منكَ مودّتِىْ * وإنْ تنأَ عنِّى تلقَنِى عنكَ نائيَا
كلانا غنىٌّ عنْ أخيهِ حياتَهُ * ونحنُ إذا متنا أشدُّ تغانيَا
منْ شعرِها تخاطبُ المرأةَ المصريّةَ
سيرىْ كسيرِ السحبِ * لاتأنَىْ ولاتتعجّلىْ
لاتكنسىْ أرضَ الشوارعِ * بالإزارِ المسبلِّ
أمّا السفورُ فحكمهُ * فى الشرعِ ليسَ بِمعضلِ
ذهبَ الأئمّةُ فيهِ * بينَ محرّمٍ ومحللِ
ويجوزُ بالإجماعِ منهمْ * عندَ قصدِ التأهّلِ
ليسَ النقابُ هوَ الحجابُ * فقصّرىْ أوْ طوّلِىْ
 فإذا جهلتِ الفرقَ بينهما * فدونَكِ فاسألِىْ
منْ بعدِ أقوالِ الأئمّةِ * لامجالَ لمقولِىْ
لاأبتغِى غيرَ الفضيلةِ * للنساءِ فأجملىْ
لمحمودٍ سامى باشا البارودىِّ المتوفَّى1322هـ
والدهرُ كالبحرِ لاينفكُّ ذا كدرٍ * وإنّما صفوهُ بينَ الورَى لُمعُ
لوكانَ للمرءِ فكرٌ فى عواقبهِ * ما شانَ أخلاقَهُ حرصٌ ولاطمعُ
وكيفَ يُدركُ مافى الغيبِ منْ حدثٍ * منْ لَمْ يزلْ بغرورِ العيشِ ينخدعُ
دهرٌ يغرُّ وآمالٌ تسرُّ وأعمارٌ * تمرُّ وأيّامٌ لها خدعُ
يسعَى الفتَى لأمورٍ قدْ تضرُّ بهِ * وليسَ يعلمُ ما يأتِى وما يدعُ
ياأيّها السادرُ المزورُّ منْ صلفٍ * مهلًا فإنَّكَ بالأيّامِ منخدعُ
دعْ مايريبُ وخذْ فيما خُلقتَ لهُ * لعلَّ قلبَكَ بالإيمانِ ينتفعُ
إنَّ الموتَ لثوبٌ سوفَ تخلعهُ * وكلُّ ثوبٍ إذا مارثَّ ينخلعُ
منْ أمثالِ الجاهليّةِ النظميّةِ
تمتّعْ منْ شميمِ عرارِ نجدٍ * فما بعدَ العشيّةِ منْ عررٍ
لاتقطعنْ ذنبَ الأفعَى وترسلها * إنْ كنتَ سهمًا فأتبعْ رأسَها الذنبَ
إنِّى وقتلِىْ سليكًا ثمَّ أعقلُهُ * كالثورِ يُضرَبُ لَمّا عافتِ البقرُ
أنْ تردَ الماءَ بماءٍ أوفقَ * لاذنبَ لِىْ قدْ قلتُ للقومِ استقُوا
منْ أمثالِ الجاهليّةِ النثريّةِ
1.إنَّ البغاثَ بأرضِنا يستنشرُ
2.إذا عزَّ أخوكَ فهنْ
3.ربَّ رميةٍ منْ غيرِ رامٍ
4.أنتَ تئقُ وأنا مئقٌ فمتَى نتّفقُ
5.جوّعْ كلبَكَ يتبعْكَ
6.قدِ استنوقَ الجملُ
7.الحديثُ ذو سجونٍ
8.إنَّ العوانَ لاتعلمُ الخمرةَ
9.سبقَ السيفُ العذلُ
10.ما يومُ حليمةٍ بسرٍّ
11.مواعيدُ عرقوبٌ
12.مكرهُ أخاكَ لابطلَ
13.ثكلٌ أرأحها ولدًا
14.أتبعِ الفرسَ لجامها
منْ أحاديثِ رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلّمَ
(صفةُ المؤمنِ الكاملِ)
اتّقِ المحارمَ تكنْ أعبدَ الناسِ، وارضَ بِما قسمَ اللهُ تكنْ أغنَى الناسِ، وأحسنْ
إلى جارِكَ تكنْ مؤمنًا، وأحبَّ للناسِ ما تحبُّ لنفسِكَ تكنْ مسلمًا، ولا تكثرِ
الضحكَ فإنَّ كثرةَ الضحكِ تُميتُ القلبَ
(فضيلةُ الصدقِ)
إنَّ الصدقَ يهدِى إلى البرِّ، وإنَّ البرَّ يهدِى إلى الجنّةِ، فإنَّ الرجلَ ليصدقُ حتَّى يُكتبَ عندَ اللهِ صدّيقًا. وإنَّ الكذبَ يهدىْ إلى الفجورِ، وإنَّ الفجورَ يهدىْ إلى النارِ، فإنَّ الرجلَ ليكذبُ حتَّى يُكتبَ عندَ اللهِ كذّابًا
(وِحدةُ المسلمينَ واتّحادُ مشاعرِهمْ)
مثلُ المؤمنينَ فى تراحمِهمْ وتوادِّهمْ وتعاطفِهمْ كمثلِ الجسدِ، إذا اشتكى منهُ عضوٌ تداعى لهُ سائرُ الجسدِ بالسهرِ والحمَى
للشريفِ العبّاس المتوفَّى504هـ
وكلُّ إنسانٍ فلابدَّ لهُ * منْ صاحبٍ يحملُ ما أثقلهُ
فإنّما الرجالُ بالإخوانِ * واليدُ بالساعدِ والبنانِ
منْ عرفَ اللهَ أزالَ التهمةَ * وقالَ كلُّ فعلهِ بالحكمةِ

  اسالنا الله يعطى التوفيق والنّجاح